Rabu, 06 September 2017

Tugas 1: Mata Kuliah Kapita Slekta Kewirausahaan (IC)

Nama         : Nilam Alifia Rizqa Fitri
NIM           : 155020507111037
Mata kuliah: Kapita Selekta Kewirausahaan - IC
Tugas Menceritakan Pengalaman Kewirausahaan Pribadi atau Orang Lain

Pengalaman kewirausahaan yang akan saya ceritakan adalah pengalaman bisnis dari orang tua saya. Bisnis yang dijalani merupakan bisnis keluarga yang didirikan oleh ayah beserta saudara kandungnya. Bisnis yang dijalankan adalah bisnis jual beras dan rental mobil. Ide bisnis ini hanya sekedar basa-basi yang pada akhirnya menjadi suatu hal yang serius dan dijalani berempat. Tentunya dengan perjanjian-perjanjian yang telah dibuat dan dengan asas kekeluargaan. Pada postingan kali ini, bisnis yang akan saya ceritakan adalah bisnis jual beras.
Bisnis yang pertama kali dijalani adalah bisnis jual beras. Kurang lebihnya mulai dijalani pada tahun 2013. Awal bisnis ini dijalani, bisnis keluarga ini disepakati akan dilakukan di desa yaitu di rumah orang tua ayah saya (nenek saya) di salah wilayah pesisir di kota Lamongan. Kemudian, untuk yang mengelola dan menjualkan beras secara langsung adalah adik dari ayah saya. Karena bisnis ini didirikan dengan asas kekeluargaan, maka ayah saya mempercayai adiknya untuk memasarkan dan membuat laporan keuangan. Pada awalnya bisnis berjalan lancar tanpa hambatan. Beras yang dijual kemudian dikemas dengan berbagai ukuran mulai dari 2,5 kg, 5 kg, 10 kg dan 25 kg.
Satu tahun kemudian, barulah muncul masalah di dalam bisnis keluarga ini. Hal ini terjadi karena kesalahan pengelolaan yang dilakukan adik dari ayah saya sehingga bisnis keluarga ini mulai mengalami masalah keuangan. Permasalahan yang membuat bisnis jual beras menjadi tidak lancar, yaitu ketika penjualan bera kepada konsumen dilakukan dengan cara berhutang atau pembayaran yang tidak lunas di awal. Setelah ditelusuri, ternyata membeli barang kebutuhan pokok dengan cara berhutang sudah menjadi kebiasaan masyarakat disekitar wilayah tersebut. Biasanya, masyarakat setempat akan membeli barang dengan jumlah yang banyak saat mereka memiliki uang dari hasil melaut. Akan tetapi, karena yang dibeli jumlahnya banyak, maka tidak semuanya dibayar dengan lunas. Mereka akan menunggak pembayaran kurang lebihnya sampai para suami bisa mendapatkan uang dari hasil melaut. Pada kasus pembelian beras, masyarakat dapat menunggak pembayaran sampai lebih dari satu bulan. Bisa dibayangkan bagaimana uang bisa diputar jika pembayaran tidak lunas, tetapi masyarakat tetap terus membeli berasnya. Pada saat melakukan penagihan kepada pembeli, banyak dari mereka yang tidak membayar dengan lunas meski sudah menunggak lebih dari 1 bulan. Beberapa pelanggan menunggak sampai lebih dari 6 bulan.
Akibat dari tingkah laku pelanggan yang tidak dapat membayar dengan lunas, maka bisnis jual beras yang dijalani kurang lebih selama dua tahun itu dihentikan. Bagaimana tidak dihentikan, setiap ditagih, pembeli selalu beralasan tidak dapat membayar karena hasil laut kurang bagus. Diantaranya ada yang sengaja menghilang dari rumah saat ditagih. Tidak berhenti disitu saja, ada lagi hambatan yang dirsakan ayah saya yaitu bisnis yang dijalankan dengan saudara ternyata tidak segampang yang dikira. Saudara yang telah diamanahi untuk mengelolanya kurang bertanggung jawab. Dia terkesan lambat dan sengaja "mengundur-ngundur" proses penagihan utang kepada pembeli. Selain itu, kurang bisa mengatur cara penjualan sehingga mudah untuk memperbolehkan pembeli membeli beras dengan cara berhutang. Setelah di data, pembeli yang membeli beras dengan utang jumlahnya lebih banyak dari yang mebayarnya dengan tunai. Ayah saya sudah berusaha untuk mengingatkan sekaligus menegaskan tentang tugas adiknya yang harus menarik pembayaran dari pembeli. Tetapi, akan sulit karena posisinya adalah keluarga. Ada dua pilihan, memilih bisnis atau keluarga. Jika memilih bisnis, maka hubungan keluarga akan terganggu, jika memilih keluarga maka urusan bisnis menjadi tidak bisa segera diselesaikan.
Saya teringat salah satu pembicaraan dosen Fiqh 1, kala itu dosen sedang berbicara mengenai bisnis dengan keluarga. Beliau berkata, bahwa sebisa mungkin dihindari yang namanya berbisnis dengan keluarga. Karena yang namanya berbisnis, tidak akan lepas dari hambatan. Tidak ada satupun bisnis yang lancar-lancar saja. Akan ada banyak rintangan terutama jika masih merintis bisnis. Ditambah dengan berbisnis bersama keluarga adalah hal yang berat. Ketika saudara kita ini mmiliki kesalahan, kita tidak bisa memperlakukan dia dengan kasar atau sampai menuntutnya. Akan selalu ada rasa "sungkan" buat kita untuk memarahinya. Dosenpun menambahkan, bahwa tidak semua saudara mempunya sikap dan watak yang baik. Ada kalanya saudara kita mempunya perangai yang buruk. Ditambah urusannya adalah uang. Pada akhirnya kita harus memilih mau jalan yang mana? Jika memilih saudara, maka kita harus mengesampingkan urusan bisnis dan duit lalu menyelesaikannya secara kekeluargaan dan perlahan. Jika yang dipilih ada bisnis, maka kita harus merelakan hubungan persaudaraan yang sewaktu-waktu bisa rusak karena urusan duit.
Dari sini, saya belajar banyak bahwa harus lebih hati-hati dalam berbisnis dan bekerjasama dengan siapapun itu. Saya belajar bahwa dalam urusan apapun, kita harus mempercayakan partner kita tetapi harus selalu waspada dan selalu mengawasi dengan baik, bukan percaya begitu saja. Saya belajar bahwa berbisnis harus tegas, tegas dalam urusan apapun dan dengan siapapun. Yang terakhir, dari apa yang ayah saya alami dan apa yang sudah dijelaskan oleh dosen saya, saya belajar bahwa berbisnis dengan saudara haruslah lebih berhati-hati dan bijaksana. Haruslah dipikirkan dengan matang dan baik-baik segala resiko kedepannya.